Bagaimana Sistem Saraf Pada Hewan

Sistem saraf ternyata tidak hanya terdapat pada manusia saja, tetapi hewan-hewan juga memilikinya. Berikut ini akan dijelaskan dengan singkat mengenai sistem saraf pada hewan. Semoga bermanfaat banyak buat kawan-kawan.

Fungsi dasar Sistem Saraf

  1. Fungsi sensorik – untuk merasakan perubahan (dikenal sebagai rangsangan) baik di luar maupun di dalam tubuh. Misalnya indera mata berubah dalam cahaya dan telinga merespons gelombang suara. Di dalam tubuh, peregangan reseptor di perut menunjukkan kapan penuh dan reseptor kimia di pembuluh darah memantau keasaman darah.
  2. Fungsi integratif – memproses informasi yang diterima dari organ indera. Impuls dari organ-organ ini dianalisis dan disimpan sebagai memori. Banyak impuls yang berbeda dari sumber yang berbeda diurutkan, disinkronkan dan dikoordinasikan dan respons yang sesuai dimulai. Kekuatan untuk mengintegrasikan, mengingat, dan menerapkan pengalaman memberi hewan yang lebih tinggi keunggulan mereka.
  3. Fungsi motorik – Fungsi ketiga adalah respons terhadap rangsangan yang menyebabkan otot berkontraksi atau kelenjar mengeluarkan.

Semua jaringan saraf terdiri dari sel-sel saraf atau neuron. Ini mengirimkan sinyal kecepatan tinggi yang disebut impuls saraf. Impuls saraf dapat dianggap mirip dengan arus listrik.

Sistem saraf memungkinkan hewan untuk berkomunikasi dengan lingkungan luar, serta dengan tubuh mereka sendiri. Dari luar, hewan mengambil informasi melalui organ indera (mata, tombol perasa, epitel penciuman, terminal saraf sensorik dari integumen yang masuk akal untuk disentuh dan suhu). Sungguh luar biasa bahwa jenis respons utama sistem saraf terhadap rangsangan adalah melalui kontraksi otot, yaitu gerakan.

Meskipun respons lain dimungkinkan, seperti melepaskan hormon. Kemampuan kesadaran, pemikiran, perasaan, emosi, dan semua fitur yang dianggap sebagai fitur superior manusia disebabkan oleh aktivitas sistem saraf. Ciri-ciri manusia ini, mungkin juga terdapat pada beberapa hewan pada tingkat yang berbeda, tidak secara ketat terkait dengan dunia luar atau keadaan tubuh.

Encephalon, bagian dari sistem saraf pusat, dianggap sebagai organ paling kompleks dari kerajaan hewan, dan beberapa penulis menyarankan bahwa memahami mekanisme terperinci yang membuat ensefalon berfungsi adalah salah satu tantangan utama, bukan hanya untuk biologi, tetapi untuk sains secara keseluruhan.

Sistem saraf terdiri dari neuron dan sel glial. Meskipun neuron menerima lebih banyak perhatian, sel glial sangat diperlukan. Ada sekitar 86.000 juta neuron dalam ensefalon manusia, dan jumlah sel glial bahkan lebih tinggi. Neuron berkomunikasi antara satu sama lain terutama dengan sinapsis. Neuron dapat mengirim informasi ke ribuan neuron melalui sinapsis, sedangkan neuron yang sama dapat menerima informasi dari ribuan neuron lain yang berbeda.

Selanjutnya, jenis informasi yang dipertukarkan antara neuron beragam (neurotransmiter dan lainnya) dan efek dari sinyal yang sama pada neuron target dapat menghasilkan respons yang berbeda tergantung dari jenis reseptor dan keadaan fisiologis tertentu dari neuron pada saat itu (transduksi). riam). Dengan mengingat angka-angka ini, dan proses komunikasi yang kompleks antara neuron, mudah untuk membayangkan bahwa pemahaman tentang bagaimana sistem saraf bekerja merupakan tantangan besar bagi ahli neurobiologi.

Secara tradisional, sistem saraf telah dibagi dalam sistem saraf pusat dan perifer. Sistem saraf pusat berisi ensefalon (otak) dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf tepi terdiri dari banyak neuron, biasanya sebagai kelompok kecil dan pleksus, yang didistribusikan melalui tubuh.

Hewan adalah satu-satunya makhluk hidup di Bumi dengan sistem saraf kompleks yang pertama menerima dan menafsirkan sinyal sensorik dari lingkungan dan kemudian mengirimkan pesan untuk mengarahkan respon hewan. Kompleksitas sistem saraf hewan tergantung pada rencana gaya hidup dan tubuhnya. Pada hewan unisel, sebuah sel mengemban tugas yang sangat berat karena harus melaksanakan semua aktivitas hidup.

Seiring dengan adanya evolusi dari organisme unisel sederhana menjadi organisme multisel yang lebih kompleks, beban berat sel pun dapat dikurangi. Organisme multisel telah mengelami perkembangan struktur dan fungsi khusus pada berbagai organ, antara lain pada siste sirkulasi dan pencernaan.

Neuron atau Sel Syaraf

Neuron atau sel syaraf dan sel glia merupakan dua jenis sel penyusun sistem syaraf. Neuran erupakan sel fungsional pada siste syqraf, yang bekerja dengan menghasilkan potensialaksi dan menjalarkan impuls dari satu sel ke sel berikutnya. Pembentukan potensial aksi merupakan cara yang dilakukan sel syaraf dalam memindahkan informasi, fungsi kendali dan koordinasi tubuh.

Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, sel syaraf didukung oleh sel glia. Se glia merupakan sel yang berkaitan berat dengan neuron, yang berfungsi sebagai pendukung struktur dan fungsi neuron, namun tidak terlibat dalam penjelaran impuls. Sel glia berfungsi untuk menjamin agar kondisi ionikdi sekitar neuron dapat selalu tepat. Selain itu, sel glia juga berfungsi untuk membuang zat-zat sisa dari sekitar neuron.

Salah satu sel glia yang sangat dikenal ialah sel Schwann. Sel ini merupakan salah satu jenis sel glia yang berfungsi sebagai pembungkus akson, membentuk selubung yang diseebut selubung mielin.

Ditinjau dari fungsinya, neuron dapat dibagi tiga macam, yaitu: Neuron motorik, Neuro sensorik, Neuron interneuron.

  1. Neuron motorik

Sel araf yang membawa rangsagan dari pusat ke daerah tepi (perifer tubuh)

  1. Neuro sensorik

Sel saraf yang berfungsi untuk membawa rangsangan dari daerah tepi (perifer tubuh) ke pusat saraf (otak dan sumsum tulang belakang atau mendula spinalis)

  1. Neuron interneuron atau sel penghubung

Sel saraf yang terdapat di pusat saraf, yang menjadi penghubung antara neuron motori dan sensorik.

Ketiga neuron tersebut tersusun dengan khusus sehingga mampu menanggapi berbagai perubahan yang terjadi pada lingkungan hewan, baik lingkungan dalam maupun luar tubuh. Neuron mempunyai bentuk dan ukuran yang sangat bervariasi. Berdasarkan bentuknya neuron dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu neuron unipolar, neuron bipolar, neuron multipolar.

Neuron unipolar

Neuron unipolar hanya mempunyai satu cabang pada badan sel sarafnya, selanjutnya cabang akan terbelah dua sehingga bentuk dari neuron unipolar akan menyerupai huruf “T”. Satu belahan cabang berperan sebagai dendrit, sementara yang lain sebagai akson. Neuron unipolar ini umumnya mempunyai fungsi sebagaimana sensory neuron yaitu sebagai pembawa sinyal dari bagian tubuh (sistem saraf perifer) menuju ke sistem saraf pusat.

Neuron bipolar

Neuron bipolar, sesuai dengan namanya, mempunyai dua cabang pada badan sel sarafnya di sisi yang saling berlawanan. Cabang yang satu berperan sebagai dendrit, sementara yang lain berperan sebagai akson. Karena percabangannya yang demikian ini, maka badan sel saraf neuron bipolar mempunyai bentuk yang agak lonjong/elips. Neuron bipolar umumnya mempunyai fungsi sebagaimana interneuron, yaitu menghubungkan berbagai neuron di dalam otak dan spinal cord.

Neuron multipolar

Neuron multipolar adalah jenis sel saraf yang paling umum dan paling banyak ditemui. Sel saraf ini mempunyai dendrit lebih dari satu, namun hanya memiliki sebuah akson. Karena jumlah dendrit pada setiap neuron multipolar bisa bervariasi banyaknya, maka bentuk badan sel saraf multipolar ini seringkali dikatakan berbentuk multigonal. Neuron multipolar umumnya mempunyai fungsi sebagaimana motoneuron, yaitu membawa sinyal/isyarat dari sistem saraf pusat menuju ke bagian lain dari tubuh, seperti otot, kulit, ataupun kelenjar.

Komponen Penyusun Sistem Saraf

Berbagai bangunan yang dapat ditemukan sistem sarf hewan yaitu otak, serabut saraf, pleksus, dan ganglia.

  1. Serabut saraf yaitu kumpulan akson dari jumlah sel saraf, baik sejenis maupun tidak. Contoh serabut saraf sejenis adalah serabut aferan dan serabut eferen. Serabut campuran terdiri atas sejumlah akson dan sel saraf motorik dan sensorik.
  2. Pleksus merupakan jaringa serabut saraf yang tidak teratur. Pleksus dapat ditemukan adanya badan sel saraf, meskipun tidak selalu. Pleksus dapat ditemukan pada coelenterata, stenopara, dan khemikordata. Pada jenis hewan tersebut, pleksus biasanya berfungsi sebagai sistem sistem saraf pusat.
  3. Ganglia yaitu kumpulan sel saraf berbentuk nodul (bulat atau membulat dan memiliki batas yang jelas), dilapisi jaringan konektif, dan mempunyai badan sel saraf serta serabut saraf.

Sistem Saraf Hewan

Fisiologi Saraf

Telah disebutkan bahwa sistem sel saraf adalah sel saraf yang berfungsi untuk menjalarkan rasangan. Pada keadaan istirihat, sel saraf dikatakan berada dalam keadaan polar, yaitu keadaan sedang tidak menjalarkan ransangan. Keadaan polar ini ditadai dengan adanya muatan yang lebih negatif disisi dalam membran dan lebih positif di sisi luar membran. Dalam keadaan semacam itu, membran sel saraf bersifat impermeabel terhadap ion natrium (Na+) dan permeabel terhadap ion kalium (K+).

Besarnya potensial membran yang diukur saat sel dalam keadaan istirahat perbedaan potensial tersebut disebabkan oleh adanya distribusi ion natriun dan kalium yang tidak seimbang di antara kedua sisi membran sel saraf.

Depolarisasi : 1. Rangsang. 2.  Impuls : gejala perubahan elektrokimia khas yang terjadi pada membran yang dirangsang. 3.  Potensial aksi : potensial membran yang diukur pada saat sel terdepolarisasi.

Perpindahan Impuls Melintasi Sinaps

Impuls dapat menjalar/menyebar dari tempat awal pembentukannya hingga ke ujung akson, bahkan menyebar ke sel saraf lain, sel otot, sel kelenjar. Impuls yang menjalar dari suatu sel saraf ke sel yang lain pasti melintas senaps. Sapins merupakan tempat pertemuan antara akson dari suatu sel saraf dengan sel saraf lainnya atau dengan sel. Kemudian menjadi transmisi sinaptik. Transmisi sinaptik terbagi menjadi dua yaitu : transmisi elektrik  (pada sinaps elektrik), transmisi kimia (pada sinaps kimiawi)

  1. Transmisi elektrik merupakan Penjalaran impuls dengan cara konduksi langsung pada sinaps yang memiliki celah sempit. Sinaps yang bekerjadengan cara transmisi elektrik disebut sinaps elektrik. Pada invertebrata (misalnya Artropoda dan Annelida) dan vertebrata (ikan).Pada ikan, sinaps elektrik berperan penting dalam proses melarikan diri.
  2. Transmisi kimiawi merupakan Penjalaran impuls dengan bantuan neurotransmiterpada sinaps yang memiliki celah lebar. Sinaps yang bekerjadengan cara transmisi kimia disebut sinaps kimia.

Organisasi Sistem Saraf

Seraf merupakan salah satu kamponen sistem koordinasi pada tubuh hewan. Sistem saraf dapat dilukiskan sebagai kumpulan neuron yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga mampu mengoordinasikan berbagai aktivitas tubuh. Organisasi sistem saraf pada hewan sangat bervariasi, tergantung pada tingkat perkembangan tubuh masing-masing hewan.

Pada tingkat yang paling sederhana, organisasi sistem saraf hanya tersusun atas sebuah neuron dengan dendrit dan akson. Dendrit berfungsi sebagai reseptor dan ujung akson membentuk sinapsdengan berupa jenis sel efektor (antara lain sel otot).

Sistem Saraf Pada Unisel atau Bersel Satu

Tidak semua Avertebrata memiliki sistem saraf. Hewan yang tergolong Protozoa dan Porifera tidak memiliki sistem saraf. Setiap sel penyusun tubuh hewan tersebut mampu mengadakan reaksi terhadap stimulus yang diterima dan tidak ada koordinasi antara satu sel dengan sel tubuh lainnya. Hewan bersel satu seperti Amoeba dan Paramaecium meskipun tidak mempunyai urat saraf tapi protoplasmanya dapat melakukan segala kegiatan sebagai mahkluk hidup seperti iritabilitas, bergerak dan penyesuaian diri terhadap linngkungannya.

  1. Sistem saraf pada Coelenterata.

Pada Coelenterata akuatik seperti Hydra, ubur-ubur dan Anemon laut pada Mesoglea yang terletak diantara epidermis (ektoderm) dan gastrodermis (endoderm) terdapat sistem saraf diffus karena sel-sel saraf masih tersebar saling berhubungan satu sama lain menyerupai jala yang disebut saraf jala. Sistem saraf ini terdiri atas sel-sel saraf berkutub satu, berkutub dua, dan berkutub banyak yang membentuk sistem yang saling berhubungan seperti jala. Meskipun demikian impuls dari satu sel ke sel yang lainnya lewat melalui sinaps. Saraf jala sudah merupakan sistem sinaps tapi tidak mempunyai cirri-ciri sinaps.

  1. Sistem saraf pada Echinodermata

Sistem saraf pada echinodermata masih merupakan sistem saraf primitif. Meskipun sel-sel saraf tersusun dalam bentuk cincin saraf sekeliling rongga mulut dan mempunyai cabang ke tiap lengan, tetapi susunan saraf didalamnya masih diffus seperti jala belum ada pengelompokan dalam ganglion. Sel-sel saraf berhubungan (innervasi) dengan kaki pembuluh, duri dan lain-lain.

Meskipun sistem saraf Echinodermata masih diffus seperti pada Coelenterata tapi sudah mempunyai struktur tertentu dan fungsinya sudah lebih maju. Terdapat sel saraf motorik, sel saraf sensorik dan telah ada refleks.

Pada bintang laut terdapat cincin saraf dalam cakram. Pada tiap penjuluran tubuhnya terdapat saraf radial pada sisi ventral. Saraf ini bercabang-cabang halus banyak sekali. Tiap saraf radial berakhir sebagai sebuah mata pada tiap penjuluran tubuh.

  1. Sistem saraf pada Platyhelminthes

Platyhelminthes sudah memiliki sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sel-sel saraf pada cacing pipih terkonsentrasi menjadi sebuah ganglion dengan dua lobus di bagian muka yang disebut dengan ganglion kepala atau otak primitif. Dari ganglion kepala terdapat dua tali saraf memanjang ke belakang tubuhnya membentuk seperti tangga. Karena itu disebut saraf tangga tali.

Sistem saraf tepi terdiri atas saraf-saraf yang tersusun secara transversal atau melintang yang menghubungkan tali saraf dengan saraf-saraf yang lebih kecil yang terletak tersebar di semua bagian tubuh. Ganglion kepala mempunyai peran sebagai pusat sensoris yang menerima impuls dari titik mata dan reseptor lainnya pada kepala. Ganglion kepala tidak mempunyai peran untuk mengkoordinasi aktifitas otot.

  1. Sistem saraf pada Arthropoda

Sistem saraf pada arthropoda mempunyai struktur bilateral seperti pada cacing tanah, dan Mollusca primitif. Perkembangan yang kompleks pada otak arthropoda sangat berbeda dari spesies ke spesies tapimpada dasarnya mempunyai tiga bagian yaitu protoserebrum, deuteroserebrum dan tritoserebrum. Pada arthropoda otak merupakan stasiun relay sensorik dan mempunyai pengaruh untuk mengontrol ganglia segmental yang lebih rendah seperti pada toraks dan abdomen. Ganglia segmental pada hewan ini merupakan pusat refleks lokal.

Laba-laba mempunyai ganglion-ganglion ventral bersatu dengan ganglion dorsal, dan membentuk sebuah massa saraf yang ditembus oleh esofagus dan mengeluarkan banyak cabang. Ganglion dorsal itu sering disebut otak. Alat perasa yang pokok berupa 8 buah mata sederhana.

Pada udang terdapat otak disebuah dorsal, dengan dua buah penghubung sirkumesofageal dan sebuah rantai ganglion-ganglion di sebelah ventral. Ganglion ventral pertama besar berhubungan dengan beberapa persatuan ganglion. Saraf bercabang dari otak dan korda ventral.

Perasa sentuhan dan perasa kimia (pembau dan peraba) pada hewan ini sangat kuat, dan organ-organnya terdapat pada alat-alat tambahan anterior. Ada 2 buah mata majemuk yang tersususn dari banyak unit optik yang disebut ommatidium. Tiap mata majemuk itu terdapat pada sebuah tangkai. Organ keseimbangan, statokis, terdapat pada dasar antenul-antenul.

Belalang mempunyai sebuah otak dorsal atau juga disebut ganglion serebral yang bilobus. Otak dorsal itu disatukan dengan korda ventral oleh dua penghubung sikumesofageal. Dalam korda ventral terdapat 3 buah ganglion toraksis dan 5 buah ganglion abdominalis. Cabang-cabang saraf keluar dari sistem saraf sentral.

Antena dan palpus mungkin mengandung alat-alat (akhir saraf) untuk meraba,merasa, dan membau sesuatu. Sebuah membrana tympani terdapat pada permukaan segmen abdomen pertama. Membrana tympani itu terlibat atau terbawa serta dalam mendeteksi suara. Pada sayap dan kaki belalang sering terdapat alat-alat untuk buah membuat suara. Belalang mempunyai 2 buah mata majemuk yang besar-besar, terdiri dari ommatidia. Di samping itu ada 3 oselli atau 3 mata sederhana

  1. Sistem saraf Annelida

Pada hewan Polychaeta terdapat ganglion serebral atau ganglion supraesofageal dapat juga disebut sebagai otak yang terletak di sebelah dorsal kepala. Ganglion supraesofageal itu dihubungkan dengan ganglion subesofageal oleh 2 buah saraf sirkumesofageal. Dari ganglion subesofageal itu mengalir ke belakang sebatang saraf ventral. Dalam setiap metamer atau segmen batang saraf ventral itu membuat tonjolan sebagai segmen ganglion. Batang saraf ventral bercabang-cabang lateral.

Palpus dan tentakel pada hewan ini merupakan indera yang menerima saraf dari ganglion supraesofageal. Terdapat mata sederhana sebanyak 4 buah. Mata sederhana itu terdiri dari kornea, lensa, dan retina sehingga analog dengan mata pada vertebrata.

Sistem saraf pada Oligochaeta berupa sebuah ranting ganglion ventral, tiap segmen dengan satu rantai, mulai dari segmen ke-4. di samping iti ada ganglion suprafaringeal anterior yang juga disebut otak yang terletak dalam segmen ke-3. tali korda saraf di sekitar faring menghubungkan otak dengan ganglion ventral pertama. Dalam tiap metamer terdapat 3 pasang saraf yang berasal dari tali saraf ventral tersebut. Di dalam kulit cacing tanah terdapat organ-organ sensoris yang sensitive terhadap sentuhan dan cahaya.

Pada cacing tanah sudah mempunyai perkembangan sistem saraf yang lebih maju yaitu telah terbentuknya ganglia yang segmental sepanjang tubuhnya. Ganglion supraoesofagus yang disebut juga otak fungsinya masih tetap sebagai sebuah stasiun relay sensoris dari reseptor yang peka terhadap cahaya, sentuhan, dan zat kimia pada permukaan tubuh disekitarnya (bagian muka). Hewan ini mempunyai ganglion pada tiap ruas tubuhnya. Ganglia segmental tersebut dihubungkan dengan tali saraf ventral. Tiap ganglion mempunyai fungsi sebagai pusat yang menerima impuls dari saraf sensorik dari reseptor kulit yang ada disekitarnya. Selain itu terdapat serabut saraf berukuran besar yang menyebabkan otot longitudinal pada semua ruas berkontraksi bersama-sama.

  1. Sistem saraf Mollusca

Pada tiram terdapat 3 pasang ganglion, sepasang dekat esophagus, sepasang dalam kaki, dan sepasang dekat ujung posterior massa visceral. Ganglion-ganglion itu dihubungkan satu dengan yang lain dengan serabut-serabut longitudinal dan yang anterior juga oleh serabut-serabut transversal.

Sel-sel sensori, mungkin peka terhadap sentuhan dan cahaya, terdapat di sepanjang batas mantel. Organ untuk mendeteksi gangguan keseimbangan terdapat pada tiram. Organ perasa kurang berkembang dibandingkan anggota molluska lainnya.

Pada bekicot, saraf-saraf ganglion secara rapat berpasangan sebagai saraf serebral (dorsal dari faring dan bukal), saraf kaki, saraf jeroan. Saraf-saraf dari ganglia itu melanjut keseluruh sistem organ.

Pada ujung tiap tentakel posterior (panjang) terdapat sebuah mata dengan kornea, lensa dan retina dan mungkin juga organ pencium (olfaktorius). Di bawah ganglia kaki terdapat sepasang statokis, yaitu organ keseimbangan, masing-masing mengandung benda-benda berkapur, silia dan sel-sel peraba. Dalam lapisan epidermis kepala dan kaki terdapat pula struktur peraba.

Pada gastropoda, serebral atau ganglion suboeofagus mempunyai peran untuk mengontrol ganglia yang lebih bawah. Aktifitas refleks atau gerakan pada hewan ini dikontrol oleh aktifitas 4 pasang ganglion yaitu ganglia serebral, pedal, pleural, dan viseral. Pada Cephalopoda (cumu-cumi, gurita) terdapat otak yang kompleks karena adanya penggabungan berbagai ganglia yang letaknya mengelilingi oesofagus. Karena itu otaknya mempunyai bagian supraoesofagus dan suboesofagus.

Pada bagian suboesofagus terdapat pusat pernafasan untuk inspirasi dan ekspirasi. Selain itu terdapat pula bagian yang termasuk ganglia pedal dan branchial yang mengontrol lengan dan tentakel. Sedangkan bagian otak supraoesofagus berisi pusat motorik, pusat sensorik utama yang berupa lobus untuk pembau, dan kompleks dorsal vertikal.

Related Posts