Mimpi dan Alam Bawah Sadar, menurut Jung

Prestasi terbesar manusia adalah memenuhi takdirnya

Pemikiran Jung merupakan kontribusi yang sangat penting bagi Psikologi. Dia memperkenalkan konsep ekstraversi dan introversi dan arketipe, yang merupakan kontribusi tak terbantahkan untuk memahami fungsi psikologis manusia.

Ketidaksadaran bagi Jung bukan sekadar reservoir keinginan yang ditekan tetapi alam semesta yang lebih nyata dan jauh lebih kaya bagi seorang individu daripada kesadarannya sendiri.

Bahasa alam bawah sadar adalah simbol dan sarana untuk mengkomunikasikannya adalah mimpi. Ketidaksadaran adalah penasihat hati nurani.

Mimpi adalah simbolis tetapi tidak ada aturan umum untuk interpretasi mimpi.

Penafsiran mimpi dan simbol sangat tergantung pada keadaan individu si pemimpi dan keadaan pikirannya.

Mimpi berfungsi sebagai kompensasi dan sering mengungkapkan unsur-unsur yang bukan individu dan yang tidak berasal dari pengalaman pribadi si pemimpi. Elemen-unsur ini adalah arketipe atau citra primordial, bentuk mental yang tidak dapat dikaitkan dengan kehidupan subjek dan tampaknya bersifat bawaan, diwarisi oleh pikiran manusia.

Untuk interpretasi mimpi, profesional harus mengetahui mitologi dalam arti luas, karena tanpa pengetahuan ini analogi penting tidak dapat ditemukan.

Arketipe adalah representasi dari suatu motif yang dapat bervariasi tanpa kehilangan makna dasarnya. Mereka bermanifestasi dalam impuls, secara spontan seperti naluri.

Mimpi dapat mengungkapkan firasat atau ramalan. Ketidaksadaran tampaknya diinformasikan, tampaknya mampu memeriksa fakta, mencapai kesimpulan dan memprediksi hasil, terutama dipandu oleh kecenderungan naluriah yang diwakili oleh arketipe.

Manusia didorong untuk bertindak oleh kekuatan internal dan juga oleh rangsangan eksternal. Motif internal muncul dari asalnya yang dalam yang dalam mitologi zaman primitif disebut “manna” atau roh, setan atau dewa.

Penafsiran mimpi membutuhkan pengetahuan yang berkembang tentang individualitas si pemimpi dan imajinasi serta intuisi sangat penting untuk memahaminya.

Simbol-simbol yang muncul dalam mimpi adalah upaya alami untuk mendamaikan dan menyatukan hal-hal yang berlawanan dalam jiwa.

Misalnya, citra pola dasar pahlawan berkembang dengan cara yang mencerminkan setiap tahap dalam evolusi kepribadian manusia.

Jika seorang muda tidak berjuang untuk tujuan yang lebih tinggi daripada yang akan dia capai dengan aman, dia tidak dapat mengatasi rintangan yang terbentang antara masa remaja dan dewasa.

Bagi seorang pria, hidup adalah sesuatu yang harus ditaklukkan dengan kemauan yang heroik, tetapi bagi seorang wanita untuk merasa puas dengan dirinya sendiri, dia membutuhkan kebangkitan hati nuraninya.

Rasa kesempurnaan pada orang dewasa dicapai melalui penyatuan kesadaran dengan isi pikiran bawah sadar.

Jung menemukan tidak hanya bahwa semua mimpi signifikan dalam berbagai derajat kehidupan si pemimpi, tetapi mereka semua adalah bagian dari kecenderungan individu yang memungkinkan proses individuasi.

Diri dapat didefinisikan sebagai faktor pemandu batin selain kepribadian sadar dan yang dapat ditangkap dengan menyelidiki mimpi kita sendiri.

Perkembangannya tergantung pada ego, mau tidaknya mendengarkan pesan dari diri sendiri.

Terwujudnya keunikan individu manusia merupakan tujuan dari proses individuasi.

Fakta sederhana dalam memenuhi takdir kita adalah prestasi terbesar kita, karena setiap orang harus melakukan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang unik bagi mereka.

Related Posts