Sejarah Peristiwa Puputan Margarana

Puputan Margarana adalah puputan yang terjadi antara Administrasi Sipil Hindia Belanda (NICA) dan Batalion Ciung Wanara. Peristiwa ini terjadi terjadi di Marga, di Bali Indonesia.

Latar belakang Puputan Margarana

Ketika Perang Dunia II berakhir, Angkatan Darat Inggris mendarat di Bali, melucuti pasukan pendudukan Jepang, dan kembali ke Batavia. Namun beberapa batalyon KNIL Belanda di bawah Gajah Merah tetap tinggal di kota. Ketika Infanteri Gajah Merah mendarat, komandan Ciung Wanara I Gusti Ngurah Rai pergi ke Malang untuk membahas kondisi Bali dengan kepala Tentara Republik Indonesia, yang menempatkan satu kapal perang di Pelabuhan Gilimanuk.

Pada 28 Mei 1946, I Gusti Ngurah Rai memimpin pawai panjang pasukan ke Bali Timur. Puputan dimulai di Tanah Aron pada 9 Juli 1946, kemudian pindah ke Penglipuran. Pawai panjang kemudian dilanjutkan sampai mereka tiba di Tabanan. Pada 20 Juli 1946, Brigade Y-NICA pertama kali mendarat di Benoa.

Tanggal 11 November 1946, batalion dan kepala polisi NICA yang cacat, Wagimin tiba di Dangin Carik, Tabanan, berencana melucuti senjata Polisi NICA kabupaten pada malam tanggal 18 November. Pada hari itu, gabungan 300 pria peleton Barisan Banteng dan Anak Banteng tiba dengan senjata.

Peristiwa Pertempuran (Puputan Margarana)

19 November, Brigade Y tiba di pos tentara di Perean, Baha, Kediri, Tabanan, Penebel, dan Jatiluwih untuk mencapai Marga dan memblokir pergerakan batalion Ciung Wanara. Rai tahu tentang rencana itu dan memerintahkan batalion untuk bubar, dengan 95 orang yang tersisa bersamanya untuk melakukan puputan dalam puputan. Pasukan yang tersisa ini pindah ke Banjar Kelaci, Marga.

puputan margarana

Pagi hari tanggal 20 November 1946, pasukan KNIL tiba sebelum matahari terbit untuk memblokir sisa-sisa pasukan Rai seperti yang direncanakan. Puputan dimulai pukul 8 pagi. Awalnya, pasukan KNIL mengira pertahanan batalion itu terlalu kuat, sehingga mereka mundur.

Pukul 12 siang, pasukan Belanda dibantu oleh pesawat pembom dari Makassar, dan melanjutkan serangan setelah pemboman. Puputan berakhir pada pukul 17:00, dengan 400 tentara Belanda dan seluruh batalion Ciung Wanara yang tersisa (termasuk Rai) terbunuh dalam aksi. NICA diperintahkan untuk membawa semua mayat ke Pasar Marga, tetapi hanya 86 mayat yang diambil.