Bakteri yang menolak radiasi dari luar angkasa

Kolonisasi ruang adalah fakta yang semakin dekat setiap hari. Eksperimen terus dilakukan pada makhluk hidup apa yang bisa hidup dalam kondisi ekstrem di luar angkasa. Tanpa ragu, di planet Bumi kita memiliki ratusan habitat ekstrem di mana kita dapat menemukan bentuk kehidupan yang berpotensi beradaptasi dengan luar angkasa. Jamur ( Cryptococcus neoformans ) telah terlihat bertahan dengan sempurna di zona eksklusi reaktor nuklir, dan tidak hanya itu, tetapi juga mampu memanfaatkan energi nuklir dengan memasukkannya ke dalam metabolismenya. Contoh menarik lainnya ditemukan dalam kondisi Antartika yang sangat dingin. Ada bakteri dan jamur (banyak dari spesies ini belum dideskripsikan) yang dapat bertahan selama bertahun-tahun dalam tetesan mikro air yang terperangkap dalam es dalam konsentrasi salin tinggi, tanpa cahaya dan tanpa oksigen. Tardigrada (Filo Tardigrada) juga dikenal sebagai makhluk yang selamat dalam kondisi vakum, eksperimen menarik telah dilakukan dengan mereka di ruang angkasa pada suhu -200ºC atau dengan radiasi pengion. Faktor terakhir ini adalah yang paling penting dalam hal bertahan hidup di luar angkasa.

Di planet kita, kita menemukan skenario tanpa cahaya, oksigen, atau suhu ekstrem, tetapi berkat lapisan ozon, seluruh Bumi terlindungi dari sinar kosmik dan radiasi berbahaya. Radiasi pengion adalah sumber mutasi DNA yang pada akhirnya akan mempengaruhi munculnya tumor atau kelangsungan hidup spesies dalam kesuburan atau fekunditas. Dalam aspek ini, semua makhluk hidup dapat menahan sejumlah radiasi tertentu. Namun, seiring berjalannya generasi, mutasi menumpuk yang memengaruhi kelangsungan hidup populasi. Inilah mengapa tampaknya kemampuan untuk mengatasi radiasi akan menjadi titik kunci adaptasi ke luar angkasa.

Studi terbaru yang dilakukan dengan bakteri menunjukkan bahwa lapisan sederhana setebal setengah sentimeter sudah cukup untuk memungkinkan bakteri di bawahnya bertahan selama bertahun-tahun di luar angkasa. Bakteri adalah makhluk sederhana pada tingkat genetik dan memiliki kapasitas besar untuk memperbaiki DNA mereka. Eksperimen yang dilakukan menunjukkan bahwa di bawah lapisan tipis mayat ini, koloni bakteri bertahan dan prediksi menunjukkan bahwa mereka bisa tinggal di sana untuk waktu yang lama. Setidaknya sampai mereka selesai dengan sumber makanan utama mereka sendiri. Menurut percobaan yang dilakukan dengan bakteri Deinococcus radiodurans di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dengan ketebalan hanya satu milimeter, mereka bisa bertahan sekitar 8 tahun sebelum koloni itu runtuh. Mempelajari mekanisme bakteri ini untuk memperbaiki diri atau komponen yang melindungi koloni pada bakteri mati dapat membantu menciptakan perlindungan bagi makhluk lain yang lebih kompleks.

Mengetahui mekanisme yang diperlukan untuk melindungi organisme dari radiasi akan sangat penting jika kita ingin spesies manusia menjadi spesies antarplanet. Mekanisme molekuler di balik perbaikan DNA atau proteksi radiasi tidak hanya penting untuk penaklukan ruang angkasa tetapi juga dapat membawa kemajuan besar di bidang lain seperti penyembuhan kanker.

Related Posts