Jung dan Sinkronisitas.

Konsep Synchronicity, menurut pemikiran Jung, menyiratkan simultanitas dua peristiwa yang dihubungkan oleh makna tetapi dengan cara kausal.

Ini berarti bahwa satu atau lebih peristiwa eksternal dapat memiliki rasa yang sejajar dengan subjektivitas psikis.

Dengan demikian, kemungkinan pemahaman terbentuk, misalnya, ketika kita memikirkan seseorang dan mereka muncul atau memanggil kita. Jenis peristiwa, intuisi, deja vu ini, antara lain, akan dijelaskan melalui sinkronisitas.

Menurut paradigma ini, kebetulan tidak ada dan semua yang kita alami sebagai kebetulan sebenarnya adalah manifestasi dari sumber yang lebih dalam, seperti yang dikatakan Schiller.

Gagasan Sinkronisitas didasarkan pada banyak budaya kuno, tetapi pada dasarnya pada pemikiran Timur.

Gagasan Unus Mundus: dunia yang bersatu, tatanan mendalam yang mendasari dan memungkinkan jenis koneksi ini, dipertahankan oleh Jung, dan juga oleh Wolfgang Pauli, peraih Nobel dalam fisika, antara lain.

Ide ini, pada gilirannya, kompatibel dengan ide cermin, di mana keberadaan hubungan antara dunia internal dan peristiwa eksternal ditetapkan.

Dalam Ketidaksadaran kategori ruang-waktu dibatalkan dan, oleh karena itu, hukum kausal diubah. Jadi sebuah ide, mimpi, atau gambaran dapat mendahului suatu peristiwa yang benar-benar terjadi di dunia luar. Dengan demikian, firasat atau jenis firasat tertentu dapat dijelaskan.  

Ini akan menyiratkan manifestasi eksternal dari Ketidaksadaran kolektif.

Peristiwa yang dibicarakan Jung dalam kasus ini memiliki arti penting, dan inilah mengapa sulit untuk menganggapnya sebagai produk kebetulan belaka.

Dengan demikian membedakannya dari Sinkronisme, yang hanya akan merujuk pada simultanitas dua peristiwa.

Sinkronisitas menyiratkan peristiwa simultan yang mengejutkan kita dan yang sangat tidak mungkin sehingga menyampaikan kepada kita kualitas magis atau epifanik.

Sering kali kita tidak menganggapnya relevan dan memperlakukannya sebagai kebetulan belaka. Dunia rasional terus-menerus sibuk menilai dan mengevaluasi segala sesuatu yang tidak terjadi berdasarkan metode dan pengujiannya.

Namun, sejarah Kemanusiaan penuh dengan praktik dan kepercayaan tanpa dasar ilmiah, yang memberikan hasil yang mengejutkan dan telah dipraktikkan sejak zaman kuno.

Memberi ruang pada Intuitif memungkinkan kita untuk berhubungan dengan segala sesuatu yang mendahului kita, dengan warisan dan buah pengalaman selama berabad-abad.

Sinkronisitas menyediakan tempat bagi peristiwa-peristiwa non-rasional itu, tetapi mereka jauh lebih hadir daripada yang sering kita catat.

Praktik seperti Tarot, misalnya, menjadi relevan berkat konsep ini dan memungkinkan kita memahami bahwa kartu pada saat tertentu dalam hidup kita bisa masuk akal.

Segala sesuatu yang tidak dipahami cenderung ditakuti dan diusir. Pada perkembangan ilmiah, banyak dari praktik ini telah diturunkan.

Namun, sebagai alat, baik Tarot dan banyak teknik alternatif lainnya, memiliki kontribusi yang signifikan dan dapat membantu mengungkap masalah internal yang tidak diamati sampai sekarang.

Konsep Synchronicity menghadapkan kita dengan misteri yang tidak diketahui, dengan kemungkinan bahwa ada benang yang menenun dan menghubungkan keberadaan kita dengan ketidaksadaran dan dengan apa yang melebihi kita sebagai individu. 

 

“Sinkronisitas adalah realitas yang selalu ada bagi mereka yang memiliki mata untuk melihatnya.”

Carl G. Jung

 

Related Posts