Apa Pengertian Evolusi Katak

Katak adalah merupakan binatang bertubuh pendek, sebagian besar karnivora, dan termasuk dalam ordo anura. Katak tersebar di banyak tempat. Mulai dari tropis hingga subartik, namun paling banyak spesiesnya berada di hutan hujan tropis. Terdapat sekitar 4.800 spesies yang mencakup 80% spesies amfibi yang masih ada.

Proses Metamorfosis Katak adalah:

  1. Telur, Hewan yang bisa di sebut amfibi ini mengawali proses metamorfosisnya dari telur. Katak jantan akan membuahi katak betina, katak betina akan meletakkan telurnya di dalam kubangan air yang menurut mereka aman. Telur katak seperti jelly atau biji selasih. Pada umumnya telur ini akan di tinggalkan oleh induknya dan mengalami perkembangan mandiri. Karena katak dapat bertelur sangat banyak. Katak mampu bertelur mecapai 20.000 telur dengan 3 kali reproduksi. Fase telur berjalan sampai kurang lebih 3 mingguan.
  2. Kecebong, Setelah telur menetas maka akan berubah menjadi kecebong. Kecebong dengan jumlah banyak ini akan memakan cangkangnya sendiri. Fase ini akan berjalan selama kurang lebih 5 minggu hingga menjadi katak muda. Kecebong akan berkembang dengan adanya kedua kakinya dan membentuk organ-organnya.
  3. Katak Muda, Setelah 5 minggu menjadi kecebong maka katak akan berkembang menjadi katak muda. Katak muda akan berlangsung selama 3 minggu saja selanjutnya menjadi katak dewasa. Katak dewasa di tandai dengan terbentuknya paru-paru untuk dia bernafas di daratan. Dan otomatis insang akan menghilang dan mengalami perubahan derastis.
  4. Katak Dewasa, Setelah terbentuknya paru-paru untuk katak bernafas di darat maka katak akan menjadi katak dewasa. Katak dewasa akan berumur sekitar 11 minggu. Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa metamorfosis katak cukup singkat. Katak ini sudah cepat melompat kedaratan (tanah). Selanjutnya katak jantan dan betina akan mengalai pembuahan.
evolusi katak
evolusi katak

Ciri-ciri katak adalah:

  • Berkembang biak dengan bertelur
  • Bisa hidup di darat dan air (amfibi)
  • Katak muda hidup di air dan bernapas dengan insang, sedangkan katak dewasa hidup lebih sering di darat dengan organ pernapasan berupa paru-paru.
  • Katak mengalami metamorfosis sempurna
  • Katak memiliki kulit basing untuk membantu pernapasan
  • Katak bergerak dengan empat kaki
  • Kaki katak memiliki selaput untuk mempermudah aktivitas berenang

Habitat Katak (Amfibi)

Amfibi dikenal dengan makhluk dua alam. Amfibi tersebar di semua benua kecuali benua Antartika, umumnya dijumpai pada malam hari atau pada musim penghujan seperti di kolam, aliran sungai, pohon-pohon maupun di gua. Amfibi selalu hidup berasosiasi dengan air sesuai namanya yaitu hidup pada dua alam (di air dan di darat).

Selanjutnya dijelaskan bahwa sebagian besar amfibi didapatkan hidup di kawasan hutan karena di samping membutuhkan air juga membutuhkan kelembaban yang cukup tinggi (75-85%) untuk melindungi tubuh dari kekeringan. Sewaktu bereproduksi amfibi membutuhkan air atau tempat untuk meletakkan telur hingga terbentuknya larva dan juvenile (Andrean, 2011).

Morfologi Katak (Amfibi)

Amfibi memiliki beragam bentuk dasarnya tergantung ordonya. Ordo Anura (jenis katak-katakan) secara morfologi mudah dikenal karena tubuhnya seperti berjongkok di mana ada empat kaki untuk melompat, bentuk tubuh pendek, leher yang tidak jelas, tanpa ekor, mata melotot dan memiliki mulut yang lebar. Tungkai belakang selalu lebih panjang dibanding tungkai depan. Tungkai depan memiliki 4 jari sedangkan tungkai belakang memiliki 5 jari.

Kulitnya bervariasi dari yang halus hingga kasar bahkan tonjolan-tonjolan tajam kadang ditemukan seperti pada famili Bufonidae. Ukuran katak di Indonesia bervariasi mulai dari yang terkecil yakni 10 mm hingga yang terbesar mencapai 280 mm. Katak di Sumatera diketahui berukuran antara 20 mm – 300 mm (Andrean, 2011).

Umumnya ordo Anura memiliki selaput (webbing) walaupun sebagian didapatkan tidak berselaput seperti genus Leptobrachium dan Megophrys. Ada tidaknya selaput sangat sesuai dengan habitat yang ditempatinya. Ordo Anura memiliki warna bervariasi berdasarkan familinya seperti famili Rhacophoridae cenderung berwarna terang sedangkan famili Megophrydae cenderung berwarna gelap sesuai habitatnya di serasah (Andrean, 2011).

Ordo Gymnophiona (sesilia) merupakan satu-satunya ordo dari amfibi yang tidak mempunyai tungkai. Sesilia sangat mirip dengan cacing tapi mempunyai mulut dan mata yang jelas. Kemudian ordo ketiga adalah ordo Caudata (salamander) mempunyai empat tungkai, mempunyai mata yang jelas dan mulut yang jelas (Andrean, 2011).

Menurut Campbell (2008), apoda, atau sesilia tidak berkaki dan hampir buta. Sekilas mereka mirip cacing tanah, ketiadaan kaki merupakan adaptasi kedua, saat mereka berevolusi dari nenek moyang yang berkaki. Sesilia menghuni daerah tropis, tempat sebagian besar spesies meliang di dalam tanah hutan yang lembab. Beberapa spesies Amerika Selatan hidup di kolam air tawar dan sungai kecil. Amfibia (berasal dari kata amphibious, berarti ‘kedua cara hidup’) mengacu dari tahap-tahap kehidupan dari spesies katak yang awalnya hidup di air dan kemudian di daratan. Tahap larva katak disebut ‘’kecebong’’, biasanya merupakan herbivor akuatik dengan insang, sistem gurat sisi yang menyerupai vertebrata akuatik, dan ekor yang panjang dan bersirip.

Pada katak jantan dari banyak spesies memiliki succus vocalis (saku suara) yang terbuka di sebelah muka dari ostium pharyngeum auditivae eustachil. Saku suara itu dapat dikembang kempiskan sehingga menimbulkan suara (Jasin, 1984).

Katak dewasa menggunakan kaki belakangnya yang kuat untuk melompat-lompat di lapangan. Katak menangkap serangga dan mangsanya yang lain dengan menjulurkan lidahnya yang panjang dan lengket, yang melekat kebagian depan mulut. Katak menunjukkan berbagai macam adaptasi yang membantunya untuk menghindari pemangsaan oleh predator yang lebih besar.

Kelenjar-kelenjar kulitnya mensekresikan mucus yang tidak enak atau bahkan berbisa. Banyak spesies yang beracun memiliki warna cerah, yang tampaknya di asosiasikan dengan bahaya oleh predator. Katak-katak yang lain memiliki pola-pola warna yang dapat menyamarkan mereka (Campbell, 2008).

Penutup tubuh berupa kulit tubuh yang lemas (fleksibel) sebagai penutup tubuh terhadap gangguan yang bersifat fisis dan pathologis. Disamping itu sebagai alat untuk menghisap air karena katak tidak minum (Jasin, 1984).

Kulit tersusun atas: epidermis, dermis yang terbagi atas jaringan lain. Pada epidermis sebelah bawah merupakan lapisan sel yang selalu menghasilkan lapisan jangat yang setiap waktu bisa terkelupas. Tiap bulan selama musim hujan di bawah lapisan jangat dibentuk bahan lapisan yang baru, sehingga setiap waktu lapisan jangat yang lama terlepas sudah siap penggantinya (Jasin, 1984).

Menurut Jasin (1984), pada dermis terdapat jaringan ikat, di sebelah luar jaringan tersebut terdapat jaringan seperti busa yang mengandung banyak kelenjar dan pigmen. Bagian sebelah dalam dari dermis terdapat jaringan-jaringan padat berupa jaringan ikat yang berserat-serat. Selanjutnya di sebelah bawah jaringan dermis terdapat syaraf dan pembuluh darah yang mempunyai peranan penting dalam proses pernafasan melalui kulit. Kelenjar kulit menghasilkan sekresi yang berupa cairan untuk membasahi kulit luar. Kelenjar kulit terbagi atas dua macam yaitu:

  1. Glandulae mucosa (kelenjar lendir) yang menghasilkan lendir bening untuk memudahkan katak melepaskan diri bila ditangkap.
  2. Glandulae toxicon (kelenjar racun) yang menghasilkan zat racun yang pada tingkat tertentu dapat secara efektif mematikan hewan lain.

Related Posts