Chorotypes adalah kelompok spesies yang memiliki distribusi seragam. Di satu sisi, faktor ekologi mungkin menghasilkan korotipe, yang mencerminkan respons berbeda dari spesies yang berbeda terhadap kondisi lingkungan yang sama; di sisi lain, korotipe dapat dikaitkan dengan sejarah yang menyebabkan berbagai spesies tersebar di berbagai belahan bumi. Tujuan klasifikasi korotipe adalah untuk membedakan distribusi holistik berbagai spesies, mengungkapkan hubungan antara faktor ekologi dan pola distribusi, meningkatkan divisi biogeografi, merekonstruksi sejarah regional fauna, dan menyimpulkan relevansi faktor ekologi dan pola keanekaragaman. Analisis distribusi biogeografis spesies, memainkan peran penting dalam ekologi makroskopik dan penelitian evolusi, adalah dasar untuk menetapkan strategi pengelolaan lahan dan dalam menanggapi perubahan iklim, serta untuk melindungi keanekaragaman hayati.
Beberapa metode berdasarkan analisis klaster diterapkan untuk mempelajari korotipe. Metode ini bekerja dengan baik dalam hubungan antara isolasi geografis dan distribusi spesies. Grid digunakan untuk menganalisis pola distribusi lebih sering, tetapi representasi yang benar dari unit geografis dalam grid lebih sulit karena batas buatan sel dalam grid tidak selalu mencerminkan struktur penting untuk proses biogeografi alami. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa satuan menurut batas alam dan geografi dapat diterapkan untuk menilai bagaimana faktor ekologi mempengaruhi distribusi spesies, dan semakin banyak satuan yang terbagi dalam wilayah penelitian, semakin akurat perkiraan pengaruh isolasi geografis.
Xinjiang dan wilayah sekitarnya, yang terletak di Asia Tengah, membentuk tanah gersang terbesar di Eurasia. Habitat amfibi dan reptil di kawasan tersebut sedang dalam masa transisi yang luas. Penelitian menunjukkan bahwa isolasi adalah penyebab utama pembedaan fauna reptil, dan empat korotipe dari analisis fauna geografis reptil di Cina timur tidak mengacu pada dataran tinggi Tibet atau tanah gersang di barat laut dari Cina.
Distribusi amfibi, burung, dan mamalia telah mendukung prioritas konservasi global dan lokal dan sangat penting untuk memahami faktor-faktor penentu keanekaragaman hayati global. Salah satu tujuan terpenting dalam ekologi adalah untuk memahami mengapa spesies ada di satu tempat dan tidak di tempat lain. Model distribusi (umumnya) didasarkan pada catatan terbatas ada dan tidak adanya, memprediksi di mana spesies akan terjadi, mengingat korelasi dengan satu atau lebih variabel ekologi.
Dalam batas-batas geografis, kerapatan sebaran jenis mengikuti sebaran normal; yaitu, tinggi di tengah dan rendah di setiap sisi. Setelah efek domain median muncul, ada banyak kontroversi mengenai apakah batas-batas ini membatasi distribusi geografis spesies. Menurut penelitian terbaru, kombinasi batas dengan faktor ekologi memungkinkan interpretasi yang lebih masuk akal tentang pola geografis keanekaragaman dan distribusi spesies.